Filosofi Kopi


Filosofi kopi - Bagi sebagian besar masyarakat indonesia maupun dunia, kopi sudah seperti menjadi teman hidup. Melewati hari tanpa menyeruput kopi rasanya seperti ada yang kurang. Urusan minum kopi juga merupakan hal yang sangat personal dimana masing masing orang memiliki kesukaan masing-masing. Ada yang suka kopi asli tanpa campuran susu atau kremer, dan ada juga yang sebaliknya.
Biji kopi sebagai minuman yang berkhasiat dan berenergi pertama kali ditemukan oleh bangsa Eteupia sekitar 3000 tahun yang lalu. Atau 1000 tahun sebelum masehi. Kemudian terus berkembang hingga saat ini dan menjadi salah satu minuman populer di dunia.
Indonesia sendiri telah mampu memproduksi 400 ribu ton per-tahunnya yang kemudian di ekspor ke berbegai penjuru dunia. Jadi banyak jenis kopi dari Indonesia yang mendunia.
Filosofi Kopi

Jenis-Jenis Kopi

1. Kopi Arabica
Hasil gambar untuk kopi arabika
Kopi Arabica merupakan jenis kopi tradisional dengan cita rasa terbaik. Tidak heran jika tanaman yang biasa tumbuh di daerah sejuk dan dingin ini menguasai pasar dunia yakni 70 % dari jumlahnya yang beredar di pasaran. Sebagian besar kopi yang ada dibuat dengan menggunakan biji jenis ini. Arabica sendiri berasal dari Eutopia dan sekarang sudah di budidayakan di berbagai penjuru dunia. Mulai dari Amerika latin, Afrika tengah,Aafrika timur, India serta Indonesia.
Arabika memiliki ciri ciri biji kopi yang lebih kecil dibandingkan dengan jenis lainnya. Selain itu jenis Arabika memiliki rasa dan aroma yang lebih nikmat, serta kandungan kafeinnya lebih rendah sehingga baik untuk dikonsumsi. Karena banyak memiliki keunggulan harganya pun lebih mahal dibandingkan jenis lainnya.
Kopi arabika tumbuh pada ketinggian 600 sampai 2000 meter diatas permukaan laut. Tanaman ini dapat tumbuh hingga mencapai ketinggian 3 meter bila kondisi lingkungannya baik, dimana suhu optimalnya sekitar 18 sampai 26 derajat celcius. Biji yang dihasilkan berukuran cukup kecil dan berwarna merah gelap.
2. Kopi Robusta
Hasil gambar untuk kopi robusta
Kopi Robusta yang pertama kali ditemukan di Kongo pada tahun 1898. Memiliki ukuran biji yang besar dan umumnya berbentuk besar. Robusta, dapat tumbuh di lingkungan sejuk maupun di lingkungan yang tergolong panas. Dimana jenis Arabika tidak dapat tumbuh. Kopi yang biasa tumbuh di negara-negara beriklim tropis dan sub tropis ini memang tidak memiliki aroma dan rasa sebaik jenis Arabika. Rasanya juga lebih pahit dan sedikit asam serta kandungan kafeinnya lebih tinggi. Jadi wajar saja kalau jenis Robusta ini dipatok dengan harga yang lebih murah.
Robusta berkembang biak di ketinggian 800 mdpl yang banyak ditemukan di Afrika barat, Afrika tengah, Asia tenggara serta Amerika selatan.
3. Kopi Liberika
Hasil gambar untuk biji kopi liberika
Selanjutnya adalah Kopi Liberika, jenis yang satu ini memang belum terlalu banyak beredar di pasaran dunia karena memang sangat sedikit produsen yang mengembangkannya. Liberika memiliki ciri-ciri bijinya yang ukurannya lebih besar dengan jenis Arabika dan Robusta. Kopi yang berasal dari Afrika barat tepatnya Liberia ini dapat tumbuh hingga 9 meter dan biasanya berkembang di dataran rendah dengan kualitas biji yang relative rendah.
Namun kopi Liberika sempat berkembang di Indonesia dan masuk pada abad ke 19 sebagai pengganti jenis Arabika yang terserang hama penyakit. Indonesia adalah surganya kopi karena hampir berbagai jenis dihasilkan dsini.
4. Kopi Excelsa
Hasil gambar untuk biji kopi excelsa
Saat ini sedang dalam kajian peneliti Puslitkoka untuk diajukan pelepasan varietasnya. Kopi jenis ini tidak termasuk kedalam kelompok arabika dan robusta akan tetapi masuk kelompok liberoid. Asal mula kopi excelsa ditemukan secara historis di daerah afrika Barat tahun 1905 kemudian menyebar ke daerah melayu.

Dewevrei Coffeaatau kopi Ekselsa (Excelsa) memang tidak terlalu banyak dibudidayakan di tanah Indonesia. Kopi Ekselsamerupakan jenis kopi yang tidak begitu peka terhadap penyakit HV dan dapat ditanam di dataran rendah dan lembap, atau dapat juga disimpulkan bahwa kopi Ekselsa (Excelsa) ini dapat ditanam di daerah yang tidak sesuai untuk kopi robusta.  Kopi Ekselsa (Excelsa) juga dapat ditanam di atas lahan gambut, kemudian cukup 3,5 tahun, tanaman ini sudah mampu memproduksi beras kopi sekitar 800-1200 kg per Hektar. Kopi jenis Ekselsa (Excelsa) sudah ditanam masyarakat di Kabupaten Tanjung Jabung Barat  – JAMBI sejak 50 tahun yang lalu. Beberapa perusahaan kopi terkemuka di Indonesia telah menggunakan kopi ini sebagai bahan baku. Jenis Kopi Ekselsa (Excelsa) sejak dahulu telah menjadi kopi andalan daerah jambi , bahkan beberapa tahun terakhir mengalami  peningkatan permintaan dari Malaysia dan Singapura Dengan harga jual mencapai Rp 26.000 per kilogram. Jambi memang merupakan daerah yang tepat untuk membudidayakan Kopi Ekselsa ini, tepatnya  di daerah Ilir yang sebagian besar memiliki lahan gambut, seperti di Kec. Pengabuan, Kec. Betara, Kecamatan Bram Itam dan Kuala Betara. Sehingga sudah seyogyanya pemerintah menaruh perhatian lebih terhadap pengembangan  (Excelsa) agar dapat meningkatkanpendapatan daerah dari sektor perkebunan kopi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya di Kabupaten Tanjung Jabung Barat  – Jambi.

Keunggulan kopi excelsa.

Kopi excelsa mempunyai cita rasa dan aroma yang dikategorikan kuat dan dominan pahit. Beberapa peneliti luar negeri juga mulai tertarik kopi excelsa indonesia. Beberapa keunggulan kopi excelsa antara lain : mempunyai fisik yang lebih besar dari kopi arabika maupun robusta dan cenderung berbuah sepanjang tahun, mudah dibudidayakan, dan relatif tahan terhadap hama dan penyakit. Keunggulan lainya adalah dapat ditanam di lahan gambut yang memiliki kesuburan rendah yang tidak dapat ditanami baik kopi arabika maupun robusta. Dalam 3,5 tahun, tanaman kopi excelsa telah mampu menghasilkan produksi sekitar 1,2 ton per ha.
5. Kopi Luwak
Hasil gambar untuk biji kopi luwak
Kopi luwak adalah seduhan kopi menggunakan biji kopi yang diambil dari sisa kotoran luwak/musang kelapa. Biji kopi ini diyakini memiliki rasa yang berbeda setelah dimakan dan melewati saluran pencernaan luwak. Kemasyhuran kopi ini di kawasan Asia Tenggara telah lama diketahui, tetapi baru menjadi terkenal luas di peminat kopi gourmet setelah publikasi pada tahun 1980-an. Biji kopi luwak adalah yang termahal di dunia, mencapai USD100 per 450 gram.

Sejarah

Asal mula kopi luwak terkait erat dengan sejarah pembudidayaan tanaman kopi di Indonesia. Pada awal abad ke-18, Belanda membuka perkebunan tanaman komersial di koloninya di Hindia Belanda terutama di pulau Jawa dan Sumatra. Salah satunya adalah perkebunan kopi arabika dengan bibit yang didatangkan dari Yaman. Pada era "Tanam Paksa" atau Cultuurstelsel (1830—1870), Belanda melarang pekerja perkebunan pribumi memetik buah kopi untuk konsumsi pribadi, akan tetapi penduduk lokal ingin mencoba minuman kopi yang terkenal itu. Kemudian pekerja perkebunan akhirnya menemukan bahwa ada sejenis musang yang gemar memakan buah kopi, tetapi hanya daging buahnya yang tercerna, kulit ari dan biji kopinya masih utuh dan tidak tercerna. Biji kopi dalam kotoran luwak ini kemudian dipunguti, dicuci, disangrai, ditumbuk, kemudian diseduh dengan air panas, maka terciptalah kopi luwak. Kabar mengenai kenikmatan kopi aromatik ini akhirnya tercium oleh warga Belanda pemilik perkebunan, maka kemudian kopi ini menjadi kegemaran orang kaya Belanda. Karena kelangkaannya serta proses pembuatannya yang tidak lazim, kopi luwak pun adalah kopi yang mahal sejak zaman kolonial.
Luwak, atau lengkapnya musang luwak, senang sekali mencari buah-buahan yang cukup baik dan masak termasuk buah kopi sebagai makanannya. Dengan indra penciumannya yang peka, luwak akan memilih buah kopi yang betul-betul matang sebagai makanannya, dan setelahnya, biji kopi yang masih dilindungi kulit keras dan tidak tercerna akan keluar bersama kotoran luwak. Hal ini terjadi karena luwak memiliki sistem pencernaan yang sederhana, sehingga makanan yang keras seperti biji kopi tidak tercerna. Biji kopi luwak seperti ini, pada masa lalu hingga kini sering diburu para petani kopi, karena diyakini berasal dari biji kopi terbaik dan telah difermentasikan secara alami di dalam sistem pencernaan luwak. Aroma dan rasa kopi luwak memang terasa spesial dan sempurna di kalangan para penggemar dan penikmat kopi di seluruh dunia.
Kopi luwak yang diberikan oleh Presiden Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono kepada PM AustraliaKevin Rudd, pada kunjungannya ke Australia di awal Maret 2010 menjadi perhatian pers Australia karena menurut Jawatan Karantina Australia tidak melalui pemeriksaan terlebih dahulu. Pers menjulukinya dung diplomacy.

Daerah penghasil


Tidak ada komentar:

Posting Komentar